Pernah membaca buku “Nasehati lin Nisa”? Buku yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Nasehatku bagi Para
Wanita” ini ditulis oleh seorang aalimah (ulama wanita) dari negeri Yaman yang
bernama Ummu Abdillah Al-Wadi’iyah. Beliau hafizhahallah adalah putri dari
ulama ahlul hadits di masa kita, yaitu Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i
rahimahullah.
Ummu Abdillah adalah seorang aalimah yang memiliki banyak keutamaan.
Menurut Al-Ustadz Muhammad Barmim dalam biografi Syaikh Muqbil, Ummu Abdillah
mengajar di madrasah nisa’ (khusus wanita) dan memiliki beragam karya tulis
ilmiyah. Di antaranya:
- Shahihul Musnad fis Syamail Muhammadiyah (tentang kesempurnaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dicetak dalam dua jilid)
- Jamius Shahih fi ilmi wa Fadhlihi (tentang keutamaan ilmu)
- Tahqiq kitab As-Sunnah Ibnu Abi Ashim
- Nasehati lin Nisa
- dan sekarang beliau masih mengerjakan Shahihul Musnad min Sirah
Nabawiyah
Yang ingin saya angkat dalam artikel ini adalah bagaimana cara
Syaikh mendidik putrinya sehingga tumbuh menjadi seorang aalimah. Tema ini
mungkin jarang diangkat karena biasanya yang dipersiapkan sebagai seorang alim
atau ulama adalah anak laki-laki saja.
Pernahkah kita bercita-cita putri kita menjadi seorang aalimah?
Kalau memang ada keinginan tersebut, mungkin kita bisa bercermin terlebih
dahulu dengan metodologi Asy-Syaikh dalam mendidik putrinya.
***
Ummu Abdillah berkisah tentang bagaimana ayahanda beliau –Syaikh Muqbil-
mendidik putri-putrinya,
… Ayahanda tidak pernah menyia-nyiakan kami, betapa pun sibuknya beliau.
Oleh karena itulah beliau sangat perhatian terhadap kami dalam mempelajari
Al-Quran. Beliau selalu menuntun kami dalam membaca Al-Quran. Kadang beliau
rekam agar hapalan kami semakin kokoh. Suatu ketika saudari saya menghapal, dan
ayahanda sedang berada di perpustakaan. Saudariku tadi mencari beliau, ingin
direkamkan hapalannya. Beliau pun meninggalkan risetnya, merekam hapalan
saudariku lalu kembali lagi ke perpustakaan.
Begitu kami mengetahui qira’ah yang baik, beliau membeli kaset qira’ah
Syaikh Al-Husari untuk kami. Beliau juga membelikan untuk masing-masing
putrinya satu tape recorder tanpa radio. Ini bentuk penjagaan beliau agar kami
tidak mendengar nyanyian.
Setelah kami mengerti lebih banyak, kami dibelikan masing-masing sebuah tape
recorder dengan radionya, namun beliau tetap memperingatkan kami terhadap
nyanyian dengan keras. Dan alhamdulillah, kami menerima peringatan tersebut.
Kami tidak mendengarkan nyanyian sama sekali, seiring dengan rasa tidak senang
terhadap nyanyian.
Dalam menghapal, beliau memerintahkan kami untuk
hanya menggunakan
satu mushaf dari satu penerbit karena itu akan membantu memperkokoh hapalan.
Kalau beliau melihat di tangan kami ada mushaf yang berbeda, beliau akan
memberi peringatan keras dan sangat marah.
Di antara murid beliau ada orang-orang Sudan dan Mesir yang datang beserta
istri-istrinya.
Di antara istri-istri mereka ada yang mengajar kami
dengan diberi imbalan jasa oleh ayah sebagai bentuk perhatian beliau terhadap
pendidikan. Dan apabila di buku-buku yang dipergunakan oleh para guru
wanita tersebut ada gambar makhluk bernyawanya, beliau memerintahkan kami untuk
menghapusnya. Kami pun menghapus gambar-gambar tersebut disertai dengan
kebencian yang sangat terhadap gambar-gambar itu.
Lalu setelah itu kami pun diajari ilmu-ilmu syar’i Al Kitab dan As-Sunnah,
sehingga kami pun menghafal bersama para guru tersebut dan kami pun hapal
beberapa hadits, walhamdulillah.
Beliau rahimahullah terkadang bersenang-senang dan bergurau bersama kami,
dalam perkara yang diizinkan oleh Allah. Berbeda dengan kebanyakan kaum
muslimin –kecuali yang dirahmati oleh Allah- yang bersenang-senang bersama
anak-anak mereka dengan televisi, nyanyian, permainan-permainan gila, serta
kerusakan lainnya. Padahal nabi kita bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang apa yang dipimpinnya.”
Beliau selalu melarang kami terlalu banyak keluar, dan beliau selalu
mengharuskan kami untuk tidak keluar kecuali seizin beliau. Ini apa yang
dijalankan beliau semasa kami kecil.
Ada pun tentang pendidikan kami, beliau sangat ingin kami mendalami agama
Allah dan mencari bekal ilmu syar’i. Sebab itulah, beliau mencurahkan kemampuan
beliau untuk membantu kami menuntut ilmu dan membuat kami menggunakan
kesempatan kami dengan sebaik-baiknya. Beliau selalu menyediakan waktu khusus
untuk mendidik kami.
Setiap hari kedua, beliau menanyakan pelajaran yang telah lalu. Jika
pelajaran itu terlalu berat, maka beliau berikan dengan cara yang jauh lebih
ringan.
Di antara pelajaran yang khusus kami pelajari di rumah adalah:
- Qatrun Nada sampai dua kali
- Syarh Ibnu Aqil sampai dua kali juga
- Tadribur Rawi
- Mushilut Thullabi ila Qowaidil I’rab (namun tidak selesai karena
beliau sakit)
Majelis beliau senantiasa penuh dengan kebaikan, diskusi, dan pengarahan,
sampai pun di atas hidangan makan atau via telepon.
Ketika beliau di Saudi sebelum berangkat ke Jerman, ayahanda mengucapkan
salam lewat telepon kepada saya, “Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.”
Saya menjawab tanpa mengucapkan, “Wabarakatuh”. Beliau bertanya (menegur),
“Mengapa tidak engkau balas dengan yang lebih utama?” sebagai isyarat
pengamalan ayat ke 86 dari surat An-Nisa.
Terkadang beliau sengaja salah memberikan pertanyaan untuk menguji pemahaman
kami, sebagaimana itu beliau lakukan juga kepada murid laki-laki.
Kadang beliau bertanya tentang soal yang cukup berat, untuk memberikan
faedah namun disuguhkan dengan pertanyaan terlebih dahulu. Metode ini pun
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana di dalam
hadits Muadz.
Kadang ketika kami menemui kesulitan dalam pelajaran atau riset kami, beliau
memerintahkan kami untuk meneruskan riset tersebut, atau beliau mengikuti kami
ke perpustakaan dan membantu kami. Inilah yang menyebabkan kami begitu berduka
karena kehilangan beliau rahimahullah.
Siapa yang akan memperhatikan kami sepeninggal ayahanda? Beliau selalu
mendidik dan mengarahkan kami dengan lemah lembut. Dan dengan karunia Allah,
kami tidak terdorong sedikit pun untuk menentang beliau, karena semua itu
adalah demi kemaslahatan dan keuntungan kami juga. Semuanya adalah mutiara yang
diuntai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.
Di antara yang mengagumkan pada diri beliau adalah tidak pernah memaksakan
kepada kami dalam perkara ijtihad kami yang memiliki sisi pandang lain. Kalau
kami sudah memahami suatu masalah yang berbeda dengan pemahaman beliau maka
beliau tidak memaksa kami, seperti juga kebiasaan beliau bersama murid-muridnya
yang laki-laki. Beliau tidak pernah menekan mereka untuk memahami sesuatu yang
masih perlu dipertimbangkan. Ini, sebagaimana para pembaca lihat, adalah
kemuliaan yang sangat jarang ditemukan.
Beliau rahimahullah juga memperingatkan kami dari masyarakat, karena
masyarakat kami adalah masyarakat yang rusak, bersegera dalam kesesatan dan
hal-hal yang tidak berguna, kecuali yang dirahmati Allah.
Beliau juga memperingatkan kami dari sikap sombong. Beliau sangat benci
kepada wanita yang sombong terhadap suaminya, beliau mengatakan, “Tidak ada
kebaikan wanita yang seperti ini.”
Beliau mendorong kami untuk bersikap zuhud terhadap dunia yang rendah ini.
Beliau bimbing kami untuk meniatkan apa yang kami makan dan minum untuk
menguatkan kami dalam bertakwa, agar memperoleh pahala dari Allah. Beliau
katakan, “Janganlah kamu sibukkan dirimu menyiapkan berbagai hidangan makanan.
Apa yang mudah diolah, kita makan.”
Beliau bangkitkan semangat kami. Beliau bukan termasuk orang yang suka
meruntuhkan semangat keluarga dan anak-anak perempuannya. Beliau membentuk kami
dengan sebaik-baiknya, agar kami mudah dan bersemangat untuk bersungguh-sungguh
dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Di antara ucapan beliau kepada saya, “Saya berharap agar kamu menjadi wanita
yang faqih.” Ya Allah, wujudkanlah harapan ayahanda, duhai Zat yang tidak
diharap kecuali kepada-Nya, tempatkanlah beliau di surga firdaus yang tinggi.
(Diringkas dari buku “Secercah Nasehat dan Kehidupan Indah Ayahanda
Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i”, terbitan pustaka Al-Haura Jogjakarta)
http://sucipt0.blogspot.com/